Liverpool Berubah atau Kalah
Chocobet - UEFA - Tandang ke Anfield, Villarreal datang dengan bekal kemenangan 1-0 di leg pertama yang berlangsung di Stadion El Madrigal. Hasil seri di leg kedua sudah cukup untuk memuluskan langkah mereka melaju ke babak final Liga Europa sekaligus menjadi penampilan pertama mereka sejak Liga Europa masih bernama Piala UEFA pada 1971/1972.
Kedua kesebelasan telah menyiapkan skuat terbaik dalam menyongsong leg kedua yang dihelat pada Jumat (6/5) dini hari WIB. Baik Liverpool maupun Villarreal sama-sama mengistirahatkan pemain utama dalam lanjutan kompetisi liga pekan lalu. Hasil buruk di liga tak akan memengaruhi kepentingan kedua kesebelasan pada musim depan.
Saat ini, Liverpool berada di peringkat kedelapan dengan 55 poin dan menyisakan tiga pertandingan. Posisi Liverpool masih bisa digeser Chelsea di bawahnya dengan 48 poin. Namun, perubahan posisi dari peringkat kedelapan ke peringkat kesembilan tak akan mengubah apapun. Satu-satunya jalan bagi Liverpool ke kompetisi Eropa adalah dengan menjuarai Liga Europa.
Di sisi lain, Villarreal sejatinya sudah aman di posisi keempat klasemen La Liga. Musim depan, 'Si Kapal Selam Kuning' akan berlaga di Liga Champions lewat fase play-off. Mereka telah mengumpulkan 64 poin dan menyisakan dua pertandingan. Poin mereka sejatinya bisa terkejar Athletic Bilbao. Namun, karena Liga Spanyol menerapkan aturan head to head dalam penentuan posisi klasemen, Villarreal unggul karena mencatatkan sekali kemenangan dan sekali seri atas Athletic.
Dalam tiga pertandingan terakhir, Liverpool mencatatkan dua kali kekalahan dan sekali hasil seri. Pada pertandingan terakhir, mereka dikandaskan Swansea dengan skor 1-3. Kekalahan ini tidak begitu dianggap sebagai hal yang penting bagi pelatih Liverpool, Juergen Klopp, yang menurunkan enam pemain muda minim pengalaman.
Diturunkannya para pemain muda tersebut tentu bukan tanpa alasan. Klopp mesti memilih prioritas di mana Liverpool akan berprestasi. Di sisi lain, jadwal yang begitu padat membuat Klopp mustahil menurunkan para pemain utama di setiap pertandingan dengan kondisi 100%.
Kekalahan atas Swansea tentu tidak menunjukkan kekuatan Liverpool yang sebenarnya. Ditopang mayoritas penghangat bangku cadangan, penampilan terbaik pun tak bisa ditunjukkan. Hanya saja ada hal yang mesti membuat Liverpool risau.
Villarreal sejatinya melakukan hal yang sama seperti Liverpool dengan menurunkan pemain lapis kedua kala bertandang ke Stadion Mestalla, kandang Valencia. Namun, hasil yang didapat Villarreal jauh berbeda dengan Liverpool. Skuat asuhan Marcelino Garcia Toral tersebut justru menang 2-0.
Dalam susunan pemain utama, tak ada nama Cedric Bakumbu, Denis Suarez, serta Victor Ruiz, Mario, dan Bruno. Tiga nama terakhir kemudian dimainkan pada babak kedua. Hasil tersebut tentu positif buat Villarreal. Terlebih mereka bisa menang tanpa kebobolan meski tanpa duet Ruiz dan Eric Bailly di lini pertahanan.
Dari tiga pertandingan terakhir, ada catatan mencolok di mana Liverpool kerap kesulitan menghadapi umpan silang. Sebanyak empat dari lima gol yang bersarang ke gawang Simon Mignolet diinisiasi dari umpan silang.
Liverpool pun terlihat begitu kesulitan menghadapi peragaan serangan Swansea yang melepaskan 20 umpan silang. Hal ini tentu mengkhawatirkan karena Villarreal punya Bakumbu yang bisa diandalkan untuk menyundul bola.
Sisi yang mesti diperkuat Liverpool ada di sisi kanan. Swansea kesulitan bergerak lebih dalam di sisi kiri pertahanan Liverpool, sehingga mereka melepaskan umpan silang beberapa meter dari garis kotak penalti. Hal berbeda terjadi sisi kanan, di mana Swansea terlihat lebih leluasa mengirim umpan silang.
Meminimalisasi Umpan Silang
Jika Klopp menurunkan pemain seperti pada leg pertama, Liverpool tentu harus mengurangi umpan silang. Pasalnya, Villarreal selalu berhasil mengamankan umpan-umpan silang Liverpool; selain karena pertahanan yang kuat juga karena tidak ada target man di kubu Liverpool yang dimaksimalkan untuk menyundul bola.
Di leg pertama, Klopp menurunkan Philippe Coutinho, Roberto Firmino, serta Adam Lallana di lini serang. Tentu, mengandalkan Firmino untuk menyundul bola bukanlah pilihan yang tepat.
Kala itu, Liverpool melepaskan 24 umpan silang yang 18 di antaranya dilakukan di sisi kanan penyerangan The Reds. Namun, apa yang dilakukan Adam Lallana dan kolega justru terlihat seperti bentuk frustrasi karena tidak bisa menembus ketatnya pertahanan Villarreal. Umpan-umpan silang Liverpool jarang berbuah peluang.
Namun, ini bukan berarti Liverpool mesti anti terhadap umpan silang. Kalau Klopp memasang Christian Benteke di lini serang, opsi umpan silang bisa menjadi andalan. Hal ini terlihat dari satu gol Liverpool ke gawang Swansea yang dicetak Benteke. Gol tersebut bermula dari tendangan sudut Sheyi Ojo yang kemudian disundul Benteke. Kehadiran Benteke bisa menjadi jawaban dari mentoknya serangan Liverpool lewat tendangan sudut.
Liverpool sejatinya bermain baik pada awal babak pertama kala menghadapi Newcastle United. Perbedaan terlihat di lini serang di mana Daniel Sturridge dipasang sebagai ujung tombak dengan ditopang Firmino dan Lallana. Kala menyerang, bola biasanya berawal dari gelandang, baik itu Joe Allen maupun James Millner. Hal ini membuat gelandang Liverpool punya banyak opsi dalam mengirimkan umpan di area pertahanan lawan. Hasil dari skema ini adalah gol kedua Liverpool ke gawang Newcastle.
Skema serupa tak terjadi kala The Reds menghadapi Villarreal di leg pertama.Para pemain Liverpool seperti terburu-buru ketika mendapatkan bola. Contohnya saja, dari 15 attempts, empat di antaranya berhasil diblok sementara delapan lainnya melenceng.
Hal senada juga terjadi kala Liverpool kalah dari Swansea. Dari 11 tembakan, lima di antaranya berhasil diblok, sementara tiga lainnya melenceng. Bandingkan dengan Swansea, misalnya, yang mampu melepaskan sembilan tendangan tepat sasaran.
Padahal, kalau Liverpool lebih tenang dalam mengelola serangan, bukan tidak mungkin mereka mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Liverpool punya para penendang dari luar kotak penalti yang akurat seperti Coutinho ataupun Lallana.
Mencegah Serangan Balik Villarreal
Villarreal begitu mengandalkan serangan balik kala mengandaskan Valencia 2-0. Hal yang sama terjadi kala mereka mengalahkan The Reds di leg pertama. Gol yang dicetak Adrian bermula dari proses serangan balik.
Mencegah Villarreal melakukan serangan balik tentu merupakan hal yang sulit jika Liverpool ingin keluar menyerang. Merujuk pada babak kedua di leg pertama, terlihat kalau Villarreal memasang pertahanan hingga dua lapis. Sementara itu, di lini serang, Bakumbu berjaga bersama Soldado atau Adrian.
Penempatan dua penyerang di area pertahanan lawan, tentu mengganggu bek lawan itu sendiri. Mereka sulit untuk membantu serangan karena kedua penyerang tersebut amat mungkin mendapatkan bola dan menginisiasi serangan balik.
Pada lima menit terakhir babak kedua di leg pertama, Villarreal setidaknya mendapatkan dua peluang emas dari serangan balik. Hal ini terjadi karena Liverpool terus menyerang sehingga pertahanan mereka menjadi terbuka. Villarreal awalnya melakukan pressing yang membuat para pemain Liverpoolterlalu cepat melepaskan umpan. Hal ini pun membuat para pemain Liverpool kerap salah mengirim umpan. Dari sinilah kemudian Villarreal memulai serangan balik.
Apa yang mesti dilakukan Liverpool menjadi kian sulit karena bukan tidak mungkin Villarreal akan bertahan sepanjang pertandingan leg kedua. Namun, tak lepas kemungkinan kalau Villarreal akan mencari gol cepat di awal babak pertama. Ini menjadi penting buat Villarrealkarena satu gol tandang membuat peluang mereka lebih mudah karena Liverpool mesti mencetak tiga gol, kalau Villarreal berhasil mencetak satu gol untuk lolos ke partai final.
Salah satu jawabannya tentu dengan menekan sejak awaldan mencuri gol secepatnya.Satu gol dari Liverpool akan membuat Villarreal keluar menyerang karena hanya kemenangan yang akan membawa mereka ke final.
Kesimpulan
Dengan gaya bermain Villarreal yang lebih senang bertahan, Klopp mungkin saja menurunkan Benteke di lini serang. Fungsinya bisa sebagai pemantul bola, di mana Benteke berdiri di area awal sepertiga akhir, kemudian mengalirkan bola ke kedua sisi.
Fungsi ini yang hilang dari Firmino di leg pertama. Selain karena memang bukan itu perannya, Firmino juga tidak bermain baik saat diplot sebagai ujung tombak. Kala menghadapi Villarreal, Firmino tiga kali kehilangan bola karena buruknya penguasaan bola.Hal ini kemudian memengaruhi performa Coutinho yang dalam dua pertandingan terakhir diplot di sisi kiri.
Coutinho seperti tak terlihat tajinya di leg pertama. Tidak ada tusukan berbahaya dari Coutinho. Malah, sepanjang 45 menit ia bermain, tak satupun dari tiga attempts-nya yang menemui sasaran. Penampilan Jordon Ibe malah bisa dibilang lebih berkontribusi dengan sumbangan tiga key passes-nya. Hal ini terjadi karena gaya bermain Coutinho yang langsung menusuk ke kotak penalti ketimbang menyisir lapangan memberikan umpan silang.
Dari grafis di atas terlihat bagaimana perbedaan pergerakan dari umpan yang diterima Sturridge dan Benteke. Sturridge bermain lebih dinamis dengan area permainan yang lebih luas; bisa di dalam kotak penalti atau di sisi lapangan. Namun, hal ini memberikan kerugian karena para pemain Liverpool kehilangan target penyerangan karena sang penyerang bergerak ke sana ke mari. Di sisi lain, hadirnya Benteke bisa memberi kontribusi umpan ke kedua sisi. Bukan tidak mungkin pula ia menarik bek lawan yang menguntitnya untuk bermain lebih tinggi.
Ada hal penting lagi di mana Klopp mestinya sadar bagaimana Marcelino menguatkan sisi kiri pertahanan mereka. Hal tersebut semata-mata untuk mencegah Liverpool menyerang lewat sisi kanan yang berkontribusi 42% dari total serangan Liverpool. Marcelino menempatkan Jaume Costa dan Denis Suarez untuk fokus menguatkan sisi kiri pertahanan mereka. Tentu, gol Villarreal bermula dari sisi tersebut.
Selain itu, pada leg pertama, Lallana menjadi salah satu pemain yang sering kehilangan bola dengan tujuh kali, sama seperti Joe Allen. Namun, serangan Liverpool justru terus dipusatkan di sisi kanan, di mana Lallana kesulitan menembus area tersebut.
Klopp tentu mesti melakukan perubahan. Apa yang mereka lakukan di leg pertama sudah terbukti tak berhasil. Di sisi lain, para penggemar punya harapan yang begitu tinggi terlebih melihat kesuksesan Liverpool menjungkalkan Borussia Dortmund di babak perempat final. Mereka tentu ingin melihat 'Si Merah' mengulang hal yang sama di Anfield, Jumat (6/5) dini hari nanti.
Promo Bonus 100% Deposit New Member Sportbook
Promo Full Rollingan 0.7% CASINO
Promo Cashback 5 - 10 % Sportbook
Mari bergabung bersama kami di www.chocobet.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.chocobet@yahoo.com
Line ID : ChocoBet
WeChat ID : ChocoBet
Whatsapp : +855 8586 7230
Blackberry Messenger : 263DA3F4
Livechat : Tersedia di website kami di www.chocobet.com
0 comments: